Rabu, Desember 05, 2007

Rencana Pertamina dan Kebijakan Pemerintah

Hari Senin kemarin ( 03 Desember 2007 ) pada sebuah surat kabar saya membaca sebuah berita tentang rencana Pertamina untuk menghilangkan jenis BBM berupa Premium untuk beberapa SPBU di jalan-jalan protokol di Jakarta.

Membaca berita ini yang pertama saya jelas sangat terkejut kemudian secara reflek pikiran saya langsung tertuju pada kendaraan yang saya pakai.Terkejut karena selama ini nyawa utama dari kendaraan saya adalah Premium,sehingga jika Premium dihilangkan meskipun hanya untuk SPBU di jalan protokol tetaplah menjadi masalah besar buat saya.

Seperti kita tahu bersama.Keberadaan Premium sebagai bahan bakar yang bersubsidi dari Pemarintah sangatlah vital bagi kita semua seluruh pengguna kendaraaan bermotor diseluruh Indonesia.Bukan hanya menyangkut manfaatnya dan ketersediaan stoknya,tapi berlebih pada harganya yang paling rendah dibanding jenis bahan bakar yang lain.

Seterusnya saya coba berfikir kedepan mengenai efek berantai jika rencana ini benar-benar menjadi kenyataan.Pertama jelas mengenai pengeluaran saya untuk menghidupi kendaraan saya sebagai sarana untuk apapun yang akan membengkak.Selanjutnya asumsi saya mengatakan bahwa sebagian besar harga akan melambung berkait dengan hal ini.Mulai dari harga sembako hingga berbagai jasa pelayanan dari transportasi hingga semua urusan bisnis yang tentunya akan sangat berimbas pada kehidupan ekonomi rakyat banyak.Seperti kita tahu bersama,jika kehidupan ekonomi seseorang mulai memburuk maka bisa dipastikan bahwa sisi kehidupan yang lain dari orang tersebut akan terkena dampaknya.

Belum lagi saya semakin risau mendengar kebijakan pemerintah yang akan menaikkan harga gas untuk sektor rumah tangga.Kita tahu bahwa program konfersi minyak tanah ke gas sedang digalakkan oleh Pemerintah.Program ini memiliki berbagai manfaat meski tetap ada sisi negatifnya yang masih diperdebatkan terutama dalam hal sosialisasi cara pemakaian dan harga gas yang cenderung lebih mahal dari minyak tanah karena satuan terkecil yang dipasarkan adalah 3 kg.Jadi disini sekali lagi jika harga gas saat ini saja masih memberatkan bagi sebagian kalangan apalagi jika harga tersebut dinaikkan.

Kedua hal inilah yang sekarang sedang menjadi penantian buat saya apakah benar akan terjadi,tertunda,atau tidak jadi direalisasikan.Saya memang belum memahami secara jelas mengenai berbagai alasan yang mendasari pihak Pertamina maupun Pemerintah terkait dengan kebijakan ini.Tapi demi mengatasnamakan kepentingan masyarakat luas yang tingkat ekonominya masih belum merata,maka sebaiknya Pertamina dan Pemerintah mengkaji ulang untuk pengambilan keputusan dalam dua hal ini.Bagaimanapun juga jika semua kebijakan adalah untuk kemakmuran rakyat maka semua pihak harus rela berkorban dan janganlah rakyat yang dikorbankan.


Tidak ada komentar: